08 Agustus 2010

PENGAKUAN ISTERI ATAS SUAMI YANG TELAH TIADA (Layak tuk kita Renungkan)

Ini adalah kisah
nyata yang akan menginspirasi kita semua, saya dapatkan dari sebuah notes di facebook bernama Rina Amalina. Semoga dapat menjadi pelajaran dan HIKMAH bagi kita semua.

Bagi para sahabatku yang telah mengalami hal ini, sungguh Allah SWT selalu bersama para Janda dan ANak Yatim ^_^
****

Suamiku kini telah tiada dan penyesalanku yg terus ada

Ini adalah ......kisah nyata di kehidupanku
Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada
Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku
Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku

Suamiku
adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga
ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami
rasa sudah lebih dari cukup.

Aku merasa sangat berdosa ketika
teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak
kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan
amarah.

Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku,tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

Tapi kini aku tahu.
Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada. Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya. Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya. Dia
berkata, “ Setiap kali kami ajak dia makan siang, mas Anwar jarang
sekali ikut kalau tidak penting sekali, alasannya slalu tak jelas. Dan
lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan
siang, dia menjawab, “ Aku belum melihat istriku makan siang dan aku
belum melihat anakku minum susu dengan riang.lalu bagaimana aku bisa
makan siang.” Saat itu tertegun,aku salut pada suamimu. Dia sosok yang
sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat
sayang pada keluarga, tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat.
Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”

Aku
menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja
suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang
hebat.

Teringat akan amarahku pada suamiku, aku selalu
mengatakan dia slalu menyibukkan diri pada pekerjaan,dia tak pernah
peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku
menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis
membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen
itu, yang salah satunya berbunyi:

“ Perusahaan kecil CV.Anwar
Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti
bukan lagi CV.Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra
kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah
tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi
cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung.
Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu
harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih
sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu
dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki.
Sosok yang akan menjadi pemimpin, sosok yang harus kuat menahan terpaan
angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”

Membaca
itu, benar-benar baru kusadari.betapa suamiku menyayangi putraku.
betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia
memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita.

Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ Ibu capai? Istirahat dulu saja”
Dengan
kasar kukatakan, “ Ya jelas aku capai, semua pekerjaan rumah aku
kerjakan. Urus anak, urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang
bersih. titik.”
Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi
dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh
atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari. Beban dia sebagai kepala
rumah tangga jauh lebih berat di banding aku. Pekerjaannya jika salah
pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan
dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.

Suamiku
meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya.tepat
setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama
hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya
setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering
mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami.
Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada
suamiku:

“Pak kenapa cari klinik yang termurah? Saya rasa bapak
bisa berobat di tempat yg lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang
baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula.”

Dan suamiku
menjawab, “ Tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja, aku ingin tahu
seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong
tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin
gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan
sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku
menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”

Tuhan..Maafkan
hamba Tuhan, hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat
memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus
menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan
penyesalan yang kini ada.

Saya menulis ini sebagai renungan kita
bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh
wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak
berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.

Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.

Banggalah pada suamimu, karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.

Sambut
kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya
agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.

Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.
Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.
Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.

Teruntuk suamiku.
Maafkan aku sayang. Terlambat sudah kata ini ku ucapkan. Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu. Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu. Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu. Aku bangga padamu,aku sayang padamu.

Istrimu
Rina

(Silahkan
berbagi tulisan ini kepada saudara,teman,kerabat anda. Saya berharap
pengalaman yg saya miliki dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Dan kepada Ibu Rina semoga lebih tabah, dan kepada Alm. Bpk. Anwar semoga diberikan tempat terbaik di surga…amin.
Dari kisah ini saya harap tidak ada yg menyalahkan siapa2.cukup sebagai renungan dan perbaikan kita bersama.)