22 Juni 2009

TUGAS PENGANTAR EKONOMI MAKRO

oleh : Indria Febriansyah.

BAB I
PENDAHULUAN

”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Jadi jelas, kalau kita menginginkan kesuksesan, maka berencanalah dengan matang, berodalah secara khusyuk, berusahalah dengan sekuat tenaga, dan serahkan hasilnya pada Tuhan. Percayalah, rejeki bukan di tangan Tuhan –tapi ada di tangan (usaha) kita sendiri.(tertulis Dalam Qur’an 13:11),

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya pendapatan per kapita suatu negara.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini terjadi pengangguran tingkat tinggi, artinya yang paling banyak menganggur tersebut adalah tamatan perguruan tinggi S1 (bachelor degree) atau setara sarjana muda tahun 06-70 an, sarjana tanggung atau sarjana yang belum sempurna.S1 sebenarnya bukan orang yang siap latih, tetapi siap untuk melanjutkan pada tingkat sarjana, atau pakai istilah masa lalu, tingkat dochtoral, dan kalau kita berpatok pada hal masa lalu tersebut sepantasnya tamatan perguruan tinggi S1 banyak menjadi pengangguran.Dunia kerja swasta, tidak terlalu memikirkan S berapa yang mereka sandang, dan berapa lebar ijazah yang mereka miliki, yang penting kemampunya dalam bekerja. Celakanya pemerintah menyamakan sejak dahulu sampai sekarang, sarjana yang telah melalui pendidikan tingkat dochtoral (setara S2) dengan S1, yang setara dengan sarjana muda masa lalu, dengan pangkat awal IIIA.Alasan terjadinya pengangguran tersebut bermacam-macam, salah satunya adalah tamatan perguruan tinggi (S1) tidak profesional, dan ini bisa dipahami karena ilmu yang dikuasainya masih tanggung, mereka sebenarnya belum siap pakai atau siap latih, tetapi siap lanjut, menjadi setara dengan sarjana tahun 70-an yakni S2. Untuk hal ini sebaiknya, S1 dan S2 menjadi satu paket seperti masa lalu. Celakanya S2 pada dewasa banyak yang tidak relevan dengan S1-nya, maka banyak sarjana S2 jungkir balik, dasar tidak kuat tetapi S2 dibidang tertentu. Dunia usaha swasta bereaksi, bila akan menerima S2 dengan persyaratan S1 yang relevan.Pertanyaan yang timbul, bagaimana dengan banyak diantara dosen hanya sebagai dosen saja, kalau demikian, akan sulit menghasilkan tenaga profesional dibidangnya. Dosen yang profesional dibidangnya ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalamannya berkembang terus, dan ia bisa menularkan kepada mahasiwa dunia nyatanya, bukan hanya teori yang dibuku-buku tebal itu saja.
Sekurangnya seorang dosen harus selalu meneliti, mengamat, diskusi, dan menulis. Kegiatan tersebut bukan karena terpaksa karena untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat, tetapi sebagai panggilan jiwa. Ia akan dapat mengimbangi dosen yang berprofesi sesuai dengan bidang yang diampuhnya.Untuk memciptakan lulusan yang bisa menciptakan lapangan kerja, atau entrepreneur ini sangat dibutuhkan, karena entrepreneur Indonesia masih rendah atau dibawah 2 persen, yang baik itu diatas 4 persen dari penduduk, sehingga bisa mencitakan lapangan kerja. Entreprenur tidak bisa diajarkan, karena ia merupakan sikap mental, tetapi dididikan, maka dosen untuk entreprenur juga harus entrpreneur, sehingga semangat dan kiat menjadi entrepreneur itu bisa dirangsangnya.
Kalau perguruan tinggi tidak fokus seperti diatas, apa lagi dengan target sebanyak-banyaknya meluluskan sarjana, tanpa mempertimbangan kulalitas dan fokus untuk sasaran-saran tertentu, maka perguruan tinggi tersebut perguruan tinggi pencipta sarjana instan, pencetak ijazah, dan pencetak pengangguran. Perguruan tinggi pencetak pengangguran perguruan tinggi yang berdosa kepada bangsa.
Namun demikian pengaguran atau tidak juga sangat tergantung kepada mahasiwa, atau lebih tepat niat mahasiswa memasuki perguruan tinggi tersebut, apakah untuk menacari status dan secarik kertas ijazah, atau memasuki perguruan tinggi untuk lebih pandai, cerdas dan terampil. Hasilnya apa yang diniatkan, untuk mecari status atau secarik kertas ijazah, hasilnya sarjana pengangguran, tergolong pengkhianat diri sendiri.

PERMASALAHAN

Setiap tahun pengangguran intelektual Indonesia meningkat 20 persen, hal itu disebabkan rendahnya soft-skill atau keterampilan di luar kemampuan kompetensi utama para sarjana.

Angka pengangguran intelektual, yaitu para sarjana yang menganggur pada tahun 2006 jumlahnya 740 ribu dan pada tahun 2008 dilaporkan Dirjen Dikti telah mencapai 900 ribu sarjana, Indonesia setiap tahun menciptakan sarjana intelek yang jumlahnya mencapai 300 ribu orang.

sebanyak 2.900 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia setiap tahun meluluskan sekitar 300 ribu sarjana intelek, namun tidak semua lulusan tertampung di dunia kerja, artinya banyak di antaranya menjadi penggangguran. Di negara kita yang TERCINTA ini saat ini terdapat minimal 24.457 orang pengangguran bertitel sarjana… ini dapat dilihat pada form pendaftaran CPNS BPN via web http://cpns.bpn.go.id, itupun yang mengetahui informasi lowongan ini baik dari kerabat atau teman mereka…

Sungguh suatu hal yang luar biasa… pada saat negara lain sukses karena para pelajar mereka telah mendapat titel sarjana mereka di indonesia dan setelah kembali ke kampung halaman mereka, mereka dimanfaatkan oleh negara mereka demi kamajuan pembangunan secara nasional.. dan mereka BERHASIL

BAB II
PEMBAHASAN

I. JENIS-JENIS PENGANGGURAN

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

1. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2. Setengah Menganggur (Under Unemployment)

Definisi : Setengah Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :

  • Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
  • Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

Kegunaan

Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas pekerja.

Cara Menghitung

Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang bekerja tetapi dengan jam kerja di bawah normal (kurang dari 35 jam per minggu) dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.

Rumus

Tingkat Setengah Pengangguran= Jumlah pekerja yang bekerja kurang dari jam kerja normal x100
Jumlah angkatan kerja

Data yang Diperlukan

Data jumlah pekerja berdasarkan jam kerja per minggu dan jumlah angkatan kerja.

Sumber Data

Data sebagai dasar penghitungan indikator ini bisa didapatkan dari Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), dan Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas).

Contoh

Berdasarkan data Sakernas 2004, persentase penduduk usia 15 tahun atau lebih yang bekerja dengan jam kerja dibawah 35 jam seminggu berjumlah 30.213.692 orang sementara total angkatan kerja 2004 berjumlah 103.973.387 orang. Sehingga tingkat setengah pengangguran pada tahun 2004 sebesar 29%.

Interpretasi

Semakin tinggi tingkat setengah pengangguran maka semakin rendah tingkat utilisasi pekerja dan produktivitasnya. Akibatnya, pendapatan mereka pun rendah dan tidak ada jaminan sosial atas mereka. Hal ini sering terjadi di sektor informal yang rentan terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan tidak tersedianya jaminan sosial. Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bekerja mereka seperti penambahan balai latihan kerja.

Ilustrasi

Juminten, 27 tahun, seorang tukang cuci pakaian pada sebuah keluarga di Jakarta. Dalam sehari, Juminten bekerja sebagai tukang cuci selama 3 jam di tempat majikannya di pagi hari, pukul 05.00-08.00. Setelah itu dia kembali ke rumah dan mengurus anak dan suaminya. Hal ini telah dia lakukan selama lima tahun terakhir.

Pertanyaan Apakah Juminten termasuk ke dalam setengah pengangguran? Anda akan mampu menjawab pertanyaan ini setelah mempelajari seluruh bagian Setengah pengangguran ini.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b. Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
Akibat permintaan berkurang
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
c. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
e. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).

II. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.

2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
5. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

III. DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN

Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
a. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
§ Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
§ Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
§ Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
§ Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
§ Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
§ Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.

IV. KEBIJAKAN – KEBIJAKAN PENGANGGURAN

v Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
v Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
2. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
3. Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
4. Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
v Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
v Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli Masyarakat.

Idealnya, kampus seharusnya bisa membangun linkage yang ideal antara lulusan sekolah menengah dengan lapangan pekerjaan di dunia nyata. Bagi top-tier business school di dunia, ini bukan masalah. Mayoritas lulusan kerja mereka sukses dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji 2-3 kali dari jumlah yang mereka investasikan untuk kuliah di business school tersebut.

  • Bagaimana di Indonesia?

Sayangnya, di Indonesia, gap tersebut terasa begitu kentara. Ijazah sarjana tidak lagi sakral saat ini. Hal ini juga didukung fakta bahwa banyak perguruan tinggi negeri yang membuka kelas diploma, program ekstensi/swadaya, kelas malam, fast-track program, dan seterusnya. Perguruan tinggi swasta juga bermunculan tak kalah banyaknya. Akibatnya, ijazah sarjana semakin mudah (walau belum tentu murah) diperoleh. Kondisi ini masih diperparah dengan perguruan tinggi “biasa-biasa saja” yang mengobral nilai, sementara perguruan tinggi top justru dipenuhi dosen killer yang sulit memberi nilai A.

Selain dituntut menjadi linkage yang kokoh, kampus juga selayaknya bisa menjadi inkubator bisnis yang kuat. Tidak banyak orang yang tahu bahwa Sun Microsystems adalah kepanjangan dari Stanford University Network, karena memang perusahaan ini memulai bisnisnya dari lingkungan kampus. Dan satu lagi, Google dan Yahoo!, juga sama-sama lahir dari kegiatan intelektual di universitas. Malah, Google adalah hasil dari proyek disertasi kedua pendirinya. Baik Google, Yahoo!, atau Sun Microsystems, masing-masing telah bertumbuh menjadi perusahaan besar dengan tingkat profitabilitas yang luar biasa.

Inilah salah satu bukti bahwa kampus, selain menjadi linkage bagi lapangan pekerjaan di dunia nyata, juga bisa menjadi inkubator yang hebat. Tanpa membunuh spirit dan mengekang kebebasan berpikir siswa didiknya. Sayangnya, lagi-lagi di Indonesia belum memiliki perguruan tinggi yang cukup mumpuni untuk menjadi inkubator bisnis yang handal

Sungguh. Begitu banyak orang-orang pintar memenuhi penjuru dunia, tetapi sering lamban dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis karena harus menyesuaikan dengan text-book. Kalau saya tanyakan bagaimana mengubah Rp 50 juta menjadi Rp 1 milyar dalam 12 bulan, mungkin bisa dijawab dalam sekian menit. Tapi melakukannya dalam tindakan yang konkrit? Sangatlah sulit.

Jadi, temukan keunikan dalam diri Anda. Kembangkan keunikan tersebut agar menjadi keunggulan kompetitif yang sulit disaingi orang lain. Keunggulan tersebut akan membedakan Anda dari orang lain dan pada akhirnya menaikkan nilai jual Anda.

BAB III
PENUTUP

Demikianlah makalah tentang PENGANGGURAN yang telah kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan tak lupa kami menerima saran serta kritik pembaca terhadap makalah yang telah kami buat.KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN

Tahun 2009. Tahun, yang gelagatnya bakal tak menjanjikan apa-apa. Tahun yang bahkan akan penuh dengan ujian dan tantangan. Tahun, yang oleh karenanya, menuntut kita bekerja lebih baik untuk mampu bertahan, — dan melalui itu mengubah tantangan menjadi peluang. Baik Anda sebagai seorang pengusaha, atau seorang pekerja, sudah selayaknya Anda memiliki persepsi dan paradigma untuk bersaing dalam tataran bisnis di dunia global. Ada teknologi. Ada internet. Yang jelas, siapkan diri Anda untuk bersaing dengan mereka-mereka di luar sana. Dan jangan abaikan nasionalisme.

B. SARAN

IPK tinggi atau rendah, sarjana atau bukan, valid atau tidak valid –itu urusan masing-masing. Menjadi pengusaha, businessman, atau pekerja (karyawan) yang biasa-biasa saja –itu adalah soal pilihan hidup. Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan mengandung risiko masing-masing.

Manusia memang tercipta dengan berbagai perbedaan yang tak mungkin disatukan. Jadi, jangan memaksakan orang lain untuk berpikir dan bertindak sesuai cara kita. Begitu pula, jangan merendahkan dan menghina mereka yang ada di bawah level kita ataupun iri dan berburuk sangka terhadap mereka yang berada di atas kita. Dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Alangkah baiknya jika masyarakat indonesia apalagi masyarakat muda untuk membangun usaha/berwirausaha untuk matapencaharian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar